Perempuan Yang Lahir Dari Puji-Pujian Ibu



Pada mulanya terlihat seperti gumpalan awan putih. Kecil, tak beraturan, lalu bergerak membentuk sebuah gambar. Berwajah bulat, rambut sebahu, gaun putih, mata tajam, dan bibir memerah. Itu adalah gambar seorang perempuan. Tak ada yang memulai. Juga dengan tanganku yang tak memegang pensil dan buku gambar. Perempuan itu muncul bersama puji-pujian yang melantun dari mulut ibu. Aku meminta ibu untuk berhenti bernyanyi. Namun suaraku kalah oleh suara nyanyiannya. Jariku mencubit lengan ibu. Namun, mata ibu terpejam seperti tidak merasa cubitanku. Wajahku ku benamkan di dada ibu. Namun perempuan bergaun putih itu seperti tak lepas memandangiku. Ku tolehkan lagi mukaku ke arahnya. Dan benar saja, perempuan itu masih menatapku.
Perempuan itu tidak lagi diam. Ia bergerak kesana kemari. Seperti putri dongeng yang ku simak dari buku cerita ayahku sore tadi. Apakah perempuan itu adalah putri raja dari kerajaan baka? Tanda-tandanya persis seperti pada bagian terahir buku cerita milik ayah. Namun aku lupa siapa namanya. Ibu, berhentilah bernyanyi, lihat perempuan di atas tubuh kita bu, batinku. Lalu ku sadari tidak hanya tubuhnya yang terus bergerak. Kini, mataku, tubuhku juga ikut bergerak mengikutinya. Sementara ibu terus bernyanyi dengan mata terpejam.
Di sudut kiri langit kamar perempuan itu berhenti bergerak. Matanya kini tak hanya memandangku. Tapi ku rasakan seperti sebuah cengkeraman kuat yang membuat tubuhku tak mampu bergerak. Bulu kuduku berdiri. Tengkuk membeku. Perlahan, wajah perempuan itu berubah keriput. Sama seperti kulit wajah eyang yang tinggal membungkus tulang. Bola matanya membesar. Mulutnya kian melebar. Rambutnya merupa uban. Dan ia mulai tertawa. Kemudian bergerak lagi kesana kemari. Tubuhku benar-benar membeku. Hanya mataku yang ku rasakan mampu bergerak mengikuti gerakannya.
“Ibu, bangun, Bu!” teriaku berat.
Ibu tak bergerak. Hanya dengkuran keras menjawabnya. Ku ulangi berkali-kali. Namun tenggorokanku seperti menelan teriakanku. Hanya mataku yang mampu bergerak mengikuti setiap gerakan tubuh perempuan itu. Kini aku yakin dia bukanlah putri raja kerajaan baka. Dia pasti iblis. Dedemit yang gentayangan mencari mangsa anak kecil. Perempuan yang kemarin menelan tubuh temanku yang mandi di kali. Pasti perempuan ini. Ia terus tertawa. Keras dan terbahak.
Aku mencoba menggerakan tubuh. Berat dan kaku rasanya. Tanganku meraih bantal di samping lalu ku lemparkan ke arah perempuan itu. Namun dia bergerak ke samping, dan bantal mengenai tembok kamar. Aku berdiri. Lantas aku menggerak-gerakkan tubuh ibu agar segera bangun.
“Tidur, Nak? Sudah malam?” Ibu bicara, namun matanya tetap terpejam.
“Bu, aku melihat setan di langit kamar bu? Aku takut bu? Setan itu yang memakan tubuh temanku di kali bu? Dia bukan malaikat, bukan putri raja bu? Bu, bangun bu, aku takut!”
Ibu hanya diam. Matanya tetap lelap.
Lantas mataku melirik ke arah perempuan tadi. Namun ia sudah tidak ada. Aku memandang skeliling. Tak ku temui jua wujudnya. Dia seperti lenyap di telan angin.
Purwokerto, February 2012 



Responses

0 Respones to "Perempuan Yang Lahir Dari Puji-Pujian Ibu"

Post a Comment

 
Return to top of page Copyright © 2010 | Platinum Theme Converted into Blogger Template by HackTutors